Nicolaus Copernicus. Kredit : Biography.com
ASTROHISTORY-Dari zaman
kuno hingga sekarang, perdebatan kerap terjadi mengenai sebenarnya Bumi menjadi
pusat semesta atau tidak. Pada era sekarang telah banyak orang mempercayai
bahwa Bumi planet ketiga dalam Tata Surya mengelilingi Matahari selama 365,25
hari atau setahun. Hal ini tidak lepas dari teori Heliosentris yang dikemukakan
oleh seorang ilmuwan bernama Nicolaus Copernicus. Siapakah Copernicus? Dan apa
itu teori Heliosentris? Mari menelusuri bersama-sama melalui penjelasan di
bawah ini.
Pemuda yang Haus Ilmu Pengetahuan
Lahir di Polandia pada tanggal 19 Februari 1473, Copernicus muda
adalah seorang yang sangat haus akan ilmu pengetahuan. Selama masa muda,
Copernicus mengenyam pendidikan di berbagai Universitas diantaranya Universitas
Krakow, Universitas Bologna, Universitas Padua, dan Universitas Ferarra.
Copernicus tidak hanya mengambil satu bidang saja. Bidang yang digeluti oleh
Copernicus antara lain Matematika, Hukum Kanon, Kedokteran, Ekonomi,dan
Astronomi. Bermula dari Copernicus yang membaca karya-karya Astronomi dari
bangsa Yunani Kuno, Copernicus memutuskan mempelajari bahasa Yunani agar
mengetahui secara langsung arti tulisan-tulisan yang dibuat oleh para
pendahulunya tadi.
Penelitian yang Berbuah Teori Revolusioner
Setelah menyelesaikan seluruh pendidikannya, Copernicus merangkap
berbagai pekerjaan yaitu menjadi Penerjemah, Penasihat Gereja, hingga Dokter.
Kesibukan ini tidak lantas membuat Copernicus lupa akan kecintaannya terhadap
bidang Astronomi. Saat membaca karya Ptolemus dan Aristoteles yang menyatakan
bahwa Bumi adalah pusat alam semesta (geosentris), Copernicus bertanya-tanya
jika benar Bumi adalah pusat alam semesta, lantas bagaimana gerakan-gerakan
aneh yang dilakukan oleh planet-planet dan bintang-bintang bisa terjadi?
Copernicus lalu membuat dua model Tata Surya satu berpusat pada Bumi dan
satunya lagi berpusat pada Matahari. Dengan membandingkan hasil pengamatan
sehari-hari dan perhitungan matematis, Copernicus sampai pada kesimpulan bahwa
model Tata Surya yang berpusat pada Matahari sesuai dengan hasil penelitiannya.
Heliosentris yang Menggemparkan Dunia Kegerejaan
Copernicus menulis setebal kurang lebih sekitar 40 halaman tentang
proses penelitian yang melahirkan teori Heliosentris yang menyatakan bahwa Bumi
mengelilingi Matahari. Setelah membacakan temuan ini kepada pihak Gereja, pihak
gereja langsung menuduh Copernicus sebagai pembohong dan kafir karena telah
melecehkan kepercayaan gereja selama bertahun-tahun. Memang pada waktu itu
kebanyakan orang masih percaya dengan teori Geosentris, bahkan pihak gereja
sendiri mempercayai bahwa Geosentrislah yang benar. Sebelum Copernicus
sebenarnya telah ada yang mengemukakan teori Heliosentris ini yaitu Aristarchus
dan Samos di abad ketiga, sayang mereka berdua tidak bisa membuktikannya.
Tetapi model Heliosentris Coperncius telah dilengkapi perhitungan sistematis
mengenai Matahari sebagai pusat Tata Surya beserta jarak planet-planet yang
mengelilinginya. Coperncius lantas dicap sebagai musuh gereja. Copernicus
diasingkan oleh pihak gereja. Tetapi Copernius tidak putus asa, tulisan setebal
40 halaman tadi, disempurnakan lagi dan siap dijadikan buku. Buku ini diberikan
kepada Paus Paulus III dengan harapan teori Heliosentris bisa diterima. Namun
Paus justru memberi instruksi bahwa Buku Copernicus adalah buku larangan yang
tidak boleh dibaca. Copernicus sangat kecewa berat dan terserang stroke. Pada
tanggal 24 Mei 1543 Copernicus meninggal dunia sambil memeluk bukunya.
Salah Satu Halaman Tulisan Copernicus. Kredit: Thamas Filipi
Sampul Buku Copernicus. Kredit: library.usyd.edu.au
Heliosentris di Era Modern
Pada jaman renaisans, teori Heliosentris mulai menemukan banyak
pendukung hingga sekarang. Banyak ilmuwan yang memurnikan kebenaran dari teori
Heliosentris yang dikemukakan oleh Copernicus diantaranya Galileo Galilei,
Johanes Kepler, hingga Isaac Newton. Bahkan Albert Einstein berhasil
menyempurnakan teori Heliosentris, menurut Einstein Matahari beserta
benda-benda Tata Surya mengelilingi sebuah titik yang bernama titik Barycenter
atau titik pusat massa berdasarkan teori relativitasnya. Titik ini terletak sekitar
10.000 km saja dari pusat Matahari menggunakan rumus persamaan gravitasi. Sebab
itu planet-planet nampak seperti mengelilingi Matahari. Apakah Matahari juga
mengelilingi titik ini? Jawabannya adalah iya. Tetapi karena diameter Matahari
mencapai 1.300.000 km jadi seolah-olah Matahari hanya diam saja di pusat massa
tersebut.
Pelajaran yang bisa diambil dari seorang Copernicus adalah bahwa
jangan ragu untuk mengemukakan kebenaran walau banyak orang yang menentang. Dan
sebagai orang yang menerima kebenaran jangan lantas langsung mencemooh
kebenaran tersebut. Teliti terlebih dahulu, jika sesuai dengan hasil eksperimen
maka kebenaran tersebut harus dikembangkan agar kemurniannya lebih kuat seperti
yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan pendukung Copernicus. Dan jika tidak sesuai
dengan hasil penelitian maka cari dimana kesalahannya dan koreksi agar teori
tersebut kebenarannya bisa dipertanggung jawabkan. Hargai setiap teori yang
dikemukakan oleh seseorang dan jangan langsung mencemoohnya karena akan
terlihat bodohnya jika langsung mencemooh teori tersebut.
Berikut ada video ilustrasi yang menggambarkan seperti apa Tata Surya bergerak di dalam galaksi Bimasakti.
Video Ilustrasi. Kredit: YouTube.com/Slamet Muljono
Nicolaus Copernicus Mini Biografi. Kredit: YouTube.com/Biography
Sumber :
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Kosmografi. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Nasution, Andi Hakim. 1989. Pengantar ke
Filsafat Sains. Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa.
Solihin. 2007. Pemikiran Filsafat dari Klasik Hingga Modern. Bandung: Pustaka Setia.
http://www.biografiku.com/2009/01/biografi-nicolaus-copernicus.html diakses 28 Mei 2017.
https://www.biography.com/people/nicolaus-copernicus-9256984 diakses 28 Mei 2017.
Jangan lupa download aplikasi Astro History dari androidmu melalui link berikut untuk memudahkan membaca artikel ini.
Download Aplikasi Astro History Android